Mockup model for the bamboo tensegrity installation


*

Undangan itu datang tiba-tiba dari seorang seniman setanah kelahiran. Mas Moki namanya, yang di akhir tahun lalu juga menjadi satu dari seniman Situ.S.Eni untuk Ngayogjazz 2018. Ia sedang menggarap pameran paralel event dari FKY 2019 ketika menawari saya untuk ikut pameran. Ya, jujur, saya kan memang bukan seniman, menyeberang ke jalur itu juga sebenarnya tiada niatan sama sekali. Hanya kebetulan-kebetulan dan koneksi dari orang-orang yang saya kenal beberapa tahun belakangan nyatanya menggiring saya ke sana. Dan begitulah, dengan mengiyakan ajakan itu, saya pun berpikir untuk membuat sesuatu yang selama ini ingin saya bikin.

Ada cerita lucu dari proyek yang saya kerjakan ini. Beberapa tahun lalu, setelah resmi mulai bekerja untuk Langgeng Art Foundation saya ikut sebuah workshop Hands-on-Architecture mengenai arsitektur bambu, yang diadakan oleh FrogHouse Community. Waktu itu yang membuat saya berkenalan dengan komunitas para kodok dan pemiliknya, mbak Yohana dan Mas Bege. Yang mereka jugalah orang yang mengajak saya ke Taiwan untuk mengerjakan instalasi bambu (2018), dan juga yang mendelegasikan saya untuk membuat instalasi site spesifik untuk Ngayogjazz 2018.

Workshop yang diadakan dengan kerjasama universitas di Australia itu sebenarnya bekerja sama dengan FKY tahun 2016 yang diadakan di Taman Kuliner Condong Catur. Hasil dari workshop ini, kami diminta untuk membangun instalasi bambu sebagai bagian dari artistik lokasi FKY. Mungkin tidak ada yang menyangka atau sadar bahwa saya membuat sebuah instalasi berupa lorong gate keluar di sisi utara, tentunya bersama teman-teman tim yang terdiri dari mahasiswa Jerman (yang kebetulan sedang menginap di FrogStay) dan mahasiswa Australia.

The Rhythm of the Passage, bamboo installation for FKY 2016

Lucu bagi saya karena, setelah dulu membuat sesuatu untuk FKY karena saya memang sengaja mendaftar sebagai peserta workshop, tahun ini saya malah dapat tawaran untuk ikut pameran, pameran seni rupa pula, bersama seniman-seniman kenamaan (ini memang sengaja biar terdengar agak sombong sih, hahaha). Saya kadang heran betul, bagaimana hal-hal terhubung di masa mendatang. Anyway, ini hanya intermezo. Mari kita kembali ke cerita saya semula.

*

Sebenarnya sudah lama, saya punya rasa penasaran terhadap struktur tensegrity. Bagi saya mendekonstruksi batang tekan menjadi tarik itu sangat ajaib. Sekarang pun saya masih iseng-iseng meneruskan utak-atik tensegrity di Dorxlab. Singkat cerita, dalam pameran ini saya membayangkan sebuah instalasi yang lebih teknis dan detail, dan yang utama adalah bagaimana saya bisa membangunnya sendiri. Walau akhirnya saya tetap dibantuin karena ternyata saya tidak sehebat itu.

Ketika beberapa tahun lalu saya ke Jepang dan nyantrik di Lab-nya Suehiro-sensei, kebetulan memang ada proyek membangun tensegrity pavillion untuk keperluan Tea House di Kyudai-sai. Saya memang tidak membantu selama proyek itu berlangsung, kecuali menjadi satu talent untuk perform Japanese Tea Ceremony, tetapi saya membuat catatan tersendiri mengenai detail dan teknis lapangan yang dialami oleh teman-teman di lab. Dengan bekal pengetahuan itu, kali ini saya ingin mengimplementasikannya untuk kebutuhan instalasi yang akan saya buat.

Making the joint #1

Making the joint #2

Making the joint #3


Proses untuk membuat maket, mengeksplorasi bahan, joint, dan koneksi tali temali saya banyak dibantu oleh komunitas FrogHouse. Selama kira-kira satu minggu saya menghabiskan waktu saya di ruang komunitas itu yang berada di Kasongan. Untungnya memang waktu itu saya sedang selo bertepatan dengan persiapan pameran. Dan, kira-kira di tengah minggu saya mengalami kejenuhan dan kelelahan karena harus bolak balik utara selatan, dari kos ke Kasongan, alhasil, saya pun tinggal di sana selama beberapa hari untuk proses yang saya lakukan. Saya diberi kamar khusus yang berada di loteng rumah kayu dari penghuni komunitas itu, yang sebenarnya membuat saya betah banget hingga ingin pindah saja ke selatan. Setiap pagi saya dibangunkan oleh hiruk-pikuk ayam yang berkokok dan sinar matahari yang masuk melalui jendela yang ada di atas kepala tempat tidur saya.

View from my window

Kalau boleh curhat dikit, ada beberapa masalah teknis selama pengerjaan instalasi yang sebenarnya tak memakan waktu banyak, seperti masalah bagaimana memasang loop untuk cantolan tali temali, atau bagaimana untuk menyesuaikan panjang tali agar lebih kencang atau kendur. Semua itu bagian dari eksperimentasi selama pengerjaan instalasi yang awalnya dirakit dahulu sebelum pada akhirnya dilepas untuk dibawa hingga kemudian dirakit lagi di lokasi pameran.

Mockup and its important measurements

First assembling

Sore di hari Jumat waktu itu Jogja begitu padat merayap. Kami membawa peralatan dan bambu-bambu yang telah siap pasang dari Kasongan menuju ke gedung eks-KONI tempat pameran. Singkat saya sore itu kami mencoba untuk memasang dan menilik posisi yang pas. Esoknya kami akan menambahi beberapa bambu agar terlihat lebih abstrak dan menambah teleskop bambu yang saya siapkan berisi cerita mengenai the enemy of people. Meski sore itu saya akui bahwa saya membutuhkan ruang yang lebih kecil untuk instalasi ini, saya cukup senang dengan penampakan awalnya yang cukup menjanjikan. Malamnya, kurator pameran, mbak Lisis dari IVAA menghubungi saya perihal pertukaran tempat. Esok saya harus mengukar tempat dengan salah satu seniman bernama mas Kunting, untuk menempati space outdoor yang kemarin saya lirik sebagai posisi yang ideal.

Second assembling at the selected site

Di hari kedua pemasangan, yang tentunya sudah harus menempati site lain, kami kesulitan menempuh perjalanan dari Kasongan ke nol KM perihal begitu ramai dan macet akan entah apa. Kami terpaksa parkir agak jauh dan berjalan kaki menuju ke gedung pameran. Sore itu kami memasang 2 sisa bambu yang kami bawa dan 3 teropong bambu dengan ukuran yang lebih besar. Hal yang paling susah adalah menentukan titik berat dari instalasi abstrak ini. Pemasangan begitu singkat tetapi penyesuaian tali temali memakan waktu yang lama untuk membuat semua batang tarik tidak saling bersinggungan. Dan, mendekati jam tutup kerja, instalasi kami telah berhasil berdiri dengan gagah, di atas platform kaca yang membuatnya semakin terlihat seperti melayang.

All set and ready

Pameran ini dibuka tanggal 8 Juli 2019. Dan akan berlangsung pada tanggal 9 - 16 Juli 2019, gedung pamernya buka setiap hari, 10.00 am - 09.00 pm. Mengenai proyek ini, dapat diakses melalui link berikut. [Wonder, Wander #1]


Interaction between the installation and the onlooker during the opening night

[ ]

No comments:

Post a Comment