-a very late post-


Setelah pagi-pagi buta mengejar kereta dari Nanba, saya pun melaju sembari terkantuk-kantuk di dalam kereta menuju Suita.

*

Dengan berbekal peta yang diberikan oleh teman saya via korespondensi Line sebelum saya take off, saya pun menyusuri jalan yang sepi menuju Osaka Dormitory. Beruntung banget waktu itu ada yang mau keluar jadi pintu dorm yang hanya bisa dibuka dengan kartu mahasiswa tak sengaja terbuka untuk saya. Saya pun mencari nama teman saya di kotak surat dan berjalan dengan penuh percaya diri menuju kamarnya. Pagi itu, ketika dia membukakan pintu kamarnya dan melihat saya telah berdiri di depan kamarnya, dia kaget karena saya bisa masuk dorm.

(My first morning at Osaka. Syahdu banget.)
Setelah pada akhirnya kami siap-siap dan saya yang tidak tidur satu detik pun akhirnya kami berangkat menuju ke Osaka University. Tsias akan ada kelas bahasa Jepang dan saya akan muter-muter di eksisting Osaka Expo sembari menunggu dia. Loket tiket dibuka lebih cepat karena petugas yang melihat saya menunggu di depan dan saya hanya punya waktu 1 jam saja untuk berkeliling kompleks Osaka Expo yang super luas sekali itu.





Berjalan dari Osaka University menuju Kita-Senri, saya bertemu dengan deretan pohon momiji yang sedang merah-merahnya. Apalagi langit Osaka diawal musim dingin begitu cerah tanpa awan sedikit pun. Tyas mengakui bahwa ia sengaja melewatkan saya di ruas jalan itu karena akan ketemu dengan pemandangan cantik ini. Minggu lalu saya bertemu dengan lautan karpet emas daun gingko, kali ini saya bertemu dengan karpet merah cokelat dari momiji. Ah, betapa tempat ini selalu bisa membuat saya jatuh cinta, ya?





*

Dari Kita-senri, kami naik kereta menuju ke arah Kobe yang kemudian naik bis antar pulau untuk menyeberang ke Awaji. Memang biaya perjalanan menuju awaji tidak cukup murah tetapi sebanding sekali. Sampai di kompleks Awaji Yumebutai, kami memutuskan untuk berjalan dulu mencari Water Temple milik Tadao Ando yang juga ada di pulau yang sama. Dengan hanya berbekal maps dari HP pintas Tyas, kami berjalan di desa tepi pantai, menyusuri jalanan yang begitu sepi. Hampir tidak ada orang yang lewat, kecuali beberapa mobil. Sampai-sampai saya mikir, ini benar nggak sih kalau jalannya ini. Setelah menerka-nerka apakah bangunan yang ada di seberang bukit adalah tujuan kami, akhirnya menanjaki aspal dan sampailah kami di Water Temple.





Suasana hari itu tenang, matahari terik dan kompleks kuil sepi sekali. Hanya ada kami hari itu. Lalu disusul beberapa orang yang masuk setelah kami hendak pulang. Ketika memasuki ruangan utama, dengan tenang saya duduk di muka sebuah patung budha emas. Saya termenung karena tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Biasanya saya akan menikmati waktu-waktu diam sendiri untuk berpikir tetapi kali itu, teman saya mengingatkan kalau kami harus kembali ke kompleks Awaji Yumebutai agar semua jadwal yang tersusun tidak morat-marit.

Dengan setengah hati kami kembali menuju Awaji Yumebutai berjalan kaki. Sampai di sana, cuaca yang tadinya cerah tibatiba mendung. Suhu yang tadi hangat tiba-tiba turun drastis dan membuat saya menggigil. Padahal waktu masih menunjukkan kira-kira jam 1 siang. Akhirnya kami berhenti dan makan siang buatan Tsias, French Toast isi telur mata sapi dan coklat nutela, disamping kolam sembari diterpa angin laut yang super kering dan dingin. Sungguh pengalaman yang luar biasa.





Setelahnya, dengan niatan mau sunsetan di atas Yumebutai, kami mulai bergerak keliling kompleks. Ah tapi memang kurang beruntung, langit mendung dan malam sepertinya datang lebih cepat, sementara gambaran bebungaan di petak-petak Yumebutai ternyata sedang dalam tahap 'penanaman kembali', yah jadi, saya agak kecewa karena tidak sesuai harapan.

(Sunset at Awaji Yumebutai)



*

Kembali ke Kobe, kami berjalan lagi untuk mengunjungi karya Tadao Ando yang lain. Tsias mengakui kalau dia fans berat Tadao Ando, jadi memang antusias sekali waktu itu. Sesampainya di depan 2 rumah 3x3 karya Tadao Ando, kami ingin masuk kalau memang ada penghuninya. Tapi sepertinya yang satu kosong dan satunya akan dihancurkan tahun ini. Saya menemukan jalan tikus untuk turun ke muka pantai menuju halaman belakang rumah itu. Tsias sebenarnya ragu tetapi saya membujuknya untuk ikut turun. Dan tidak menyesallah kami turun karena bisa melihat rumah itu dari bawah, view andalan yang ada di web-web arsitektur gitu. Setelah puas, kami kembali naik ke jalan dan bergegas menuju warung susi 100 yen dan makan malam.




*

Ternyata kami tidak langsung kembali ke Osaka akrena Tsias mengajak saya ke port Kobe sambil jalan-jalan malam di kota itu. Mampir ke instalasi ikan karya Frank Gehry dan niatnya langsung melaju ke lokasi Kobe Illumination, yang pas banget hari itu diadakan di Kobe. Memang sih, di Jepang selalu mengadakan acara-acara illumination, semacam menghias kota dengan lampu-lampu yang cantik menjelang natal, dan antar kota seolah saling berkompetisi satu sama lain. Bersama rombongan orang-orang yang berjalan di sekitar kami, kami berjalan entah diputer-puter sampai mana oleh para petugas penyelenggara sampai Tyas hampir-hampir mutung dan ngajak pulang. Tapi ya kali, mau balik, tanggung banget.

Alhasil ketika dari jauh kami melihat lautan lampu yang menyala di depan kami, kontas saja kami bergegas mendekat. Selama berjalan melintasi lorong yang dibentuk oleh gerbang yang menyala warna wanri lampu itu kami tergumun-gumun betapa totalitas sekali orang Jepang menyediakan pertunjukan seperti ini. Saya nggak bisa menjelaskan panjang lebar, langsung lihat gambar-gambar yang saya sertakan di postingan ini agar kalian paham betapa gumunnya saya melihat semua ini. Apalagi di akhir lorong itu ada instalasi kubah raksasa hampir sebesar setengah lapangan bola dan itu semua adalah lampu-lampu warna-warni sama dengan lorong yang kami tempuh tadi!

(Kobe Illumination)

Setelah puas foto-foto, kami berjalan menuju stasiun dengan senyuman di wajah. Tyas langsung update path dan instagram saat itu juga. Sementara saya hanya berusaha merekam pemandangan tadi baik-baik di kepala saya. Dalam hati saya agak deg-degan juga, besok saya akan jalan-jalan sendiri di Osaka sembari menuju KIX untuk melanjutkan perjalanan ke Tokyo dengan penerbangan malam, karena Tsias tak bisa menemani, ada kunjungan bersama anak PPI ke Hiroshima.

[ ]



No comments:

Post a Comment