Hari sabtu-minggu 25-26 Oktober kemarin saya ikut rombongan anak tahun kedua untuk mengunjungi beberapa project dari Kumamoto Artpolis. Sebenarnya, saya memang berencana untuk melakukan perjalanan ini sendiri karena ingin sekali mengunjungi museum yang dibikin Tadao Ando di wilayah sekitaran Kumamoto, dan sensei malah menyarankan saya untuk ikut tour anak tahun kedua. Dan begitulah, saya terdampar diantara anak-anak tahun kedua dan pergi bersama mereka. Kebetulan juga 2 mahasiswa pertukaran yang se-lab sama saya juga ikutan, Lisa dan Teraawee. Jadi, begitulah, saya tak sepenuhnya sendirian diatara anak-anak yang lebih muda dari saya.

Singkat saja, untuk pengantar. Kumamoto Artpolis ini adalah proyek pemerintah Kumamoto untuk membangun kotanya menjadi kota seni sehingga dapat menarik pengunjung dari luar kota untuk singgah ke Kumamoto. Sebenarnya, Kumamoto itu semacam Kyoto yang masih memiliki peninggalan kastil jaman edo (dibagun ulang setelah kerusakan paska perang dunia kedua). Program Kumamoto Artpolis ini dicanangkan oleh walikota Kumamoto, Morihiro Hosokawa, dan arsitek Arata Isozaki. Program ini mengundang arsitek Jepang dan luar negeri untuk membangun bagunan di wilayah Kumamoto. Namun, proyek ini banyak mendapat kritikan dari berbagai media karena bangunan yang dibangun dianggap 'alien' dan kurang kontekstual terhadap kota Kumamoto yang memiliki sejarah yang panjang.

Lalu setelah itu, muncul wacana untuk membangkitkan kembali arsitektur perkayuan karena mengingat wilayah Kumamoto yang dekat dengan pegunungan dan banyak sumber kayu. Maka, dimulailah berbagai proyek, memanggil para arsitek muda Jepang untuk membangun beberapa bangunan yang ditenderkan melalui metode sayembara. Salah satunya yang menang dari salahs atu sayembara yang diadakan adalah Sou Fujimoto, dengan karyanya Final Wooden House. Yang mana, setelah itu mengangkat pamor Sou Fujimoto.

Saat ini, yang jadi ketua program Kumamoto Artpolis adalah walikota Kumamoto yang menjabat sekarang bersama dengan Toyo Ito. Dibentuklah 3 komisi, berasal dari kalangan praktisi dan akademisi di Kyushu untuk menjadi dewan penasehat. Mungkin agar kejadian yang dulu-dulu tidak terjadi lagi. Nah, salah satu dari dewan penasehat Kumamoto Artpolis itu adalah professor saya, Kaoru Suehiro-sensei. Bangga nggak sih! hahahahaha, lupakan!

Maaf ya, intro-nya kepanjangan. Lanjut ke cerita perjalanan saya.

Hari Sabtu, 25 Oktober 2014, rombongan telah siap di gedung Arsi untuk berangkat. Kami naik bus universitas. Tujuan yang pertama adalah asrama Kumamoto Prefectural Agricultural College. Perjalanan cukup lama, lebih dari 2 jam dan saya sempat tertidur di jalan. Pas bangun-bangun, sudah mau sampai.

Asrama Kumamoto Prefectural Agricultural College ini (datanya bisa dicari diinternet), diarsiteki oleh Terunobu Fujimori, seorang dosen sejarah arsitektur yang juga mraktisi (bisa lihat karyanya di designboom atau archdaily). Kalau kata Suehiro-sensei, beliau ini orang yang cukup eksentrik dengan pemikiran yang unik -dalam artian bagus loh ya-, kalian bisa paham setelah lihat karya-karyanya di internet yang terkesan surealis banget. Nah, begitu pula dengan asrama yang beliau desain ini.

Terletak di dataran dengan site yang luas dan background pegunungan. Gerbang masuknya adalah dua buah bukit yang ditumbuhi gerbang dengan sebuah jalan membelah kedua bukit. Di balik bukit itu, bangunan asrama terlihat bersahaja. Iya, bersahaja karena dari jauh terlihat biasa saja -atap pelana, dinding kayu, jendela besar-besar, sumpah, biasa saja-. Tapi, semua itu berubah ketika negara api menyerang, eh, ketika rombongan kami mendekat.





Detail ekterior yang benar-benar mengesankan. Tiang-tiang yang berasal dari batang pohon yang dibiarkan begitu saja menjulang menjulur ke angkasa, detail sambungan kayu, detail talangnya, benar-benar unik.




Ketika masuk ke dalam, kekaguman saya terus menerus bertambah. Inner court dengan jam matahari di pucuk atam bangunan di seberang, jendela-jendela besar yang membiarkan matahari masuk ke dalam lorong-lorong panjang memberikan efek cahaya yang menakjubkan, finishing dinding dengan mortar berwarna kecoklatan dan cat yang dibiarkan tidak rata, banyak sekali detail-detail yang mengagumkan. Bangunan ini benar-benar di bangun dengan sangat teliti dan detail.











Berjalan terus dan kami sampai di ruang makan bersama dan takjub dengan interiornya. Waktu kami tak begitu banyak. Jadi, setelah setengah lari-lari mengejar rombongan yang sudah berjalan menjauh, saya potret saja beberapa hal macam seorang turis. Nggak ada waktu buat memikirkan sudut yang bagus.



Bangunan selanjutnya yang kami kunjungi adalah Annex of Kumamoto Prefectural Art Museum. Bangunan ini sedikit beda genrenya karena hasil dari Kumamoto Artpolis di awal-awal. Lokasinya berseberangan persis dengan Kumamoto Castle. Yang menarik dari bangunan ini adalah dindingnya yang menggunaka batu, semacam limestone karena warnanya krem pucat semburat cokelat. Dan juga bentuk atapnya yang menyesuaikan dengan bentuk panel di ruang pamer paling atas, bisa di gerakkan keatas dan ke bawah sesuai dengan kebutuhan.



Setelah itu, rombongan kamu harus berjalan menuju tempat bus parkir dan melewati Kumamoto Castle. Kami tak sempat masuk karena harus buru-buru naik bus dan melanjutkan perjalanan yang masih jauh.





Menjauh dari pusat kota, kami sampailah di Misato Municipal Forestry Center. Bangunan ini milik dinas kehutanan tapi merupakan semacam gymnasium. Kali ini saya dibuat terperangah lagi dengan konstruksi kayu yang begitu rumit. Demi mendapatkan ruang dalam bangunan yang luas dan tanpa kolom, struktur kayunya saling bertautan satu sama lain dan digabungkan dengan rangka baja berfasad kaca. Pemandangan pegunungan terpantul dari permukaan kaca tersebut. Cahaya matahari masuk ke dalam bangunan dan menciptakan bayangan gelap terang yang keren.








Setelah dari Misato Municipal Forestry Center, kami lanjut ke Seiwa Bunraku, sebuah tempat pertunjukan wayang kayu khas Jepang. Waktu kami sampai, sedang ada perlombaan kriket para orang tua. Sedangkan, kalau dari luar, bangunan pertunjukan ini biasa saja dan cenderung seperti bangunan tradisional Jepang lainnya. Tapi, ketika masuk ke dalam, lagi-lagi struktur kayu yang mencengangkan menjadi andalan utama dari bangunan ini. Di samping tempat pertunjukan ini juga ada toko souvenir yang juga struktur kayunya kece. Di ujungnya, ada food court dengan struktur kayu bentang panjang dan penutupnya fabric warna putih. Sayangnya, tempat tersebut kurang terpelihara dengan baik dan jadi agak nggak menarik.















Selanjutnya, kami langsung  menuju tempat penginapan kami dan aku tepar sepanjang jalan karena capek perjalanan jauh.

*

lanjut ke Hari ke-2.

[ ]

No comments:

Post a Comment