Lupa memang sesuatu hal yang wajar terjadi ketika sedang buru-buru. Lupa juga kadang jadi alasan yang dimakhlumi oleh orang banyak. 'Eh, kamu bawain bukuku nggak?' "Waduh, aku lupa!" 'Ya sudah lah kalau memang lupa. Besok saja ya.' Ya, sering kali lupa menjadi senjata ampuh.Tapi, menjadi pelupa itu tidak enak. Lupa meletakkan kunci motor padahal sedang buru-buru mau pergi, atau kadang lupa meletakkan HP dimana padahal mau segera dipakai, atau lupa membayar tagihan listrik sampai ditagih dan diancam listriknya mau diputus, dan lain-lain.

Ngomong-ngomong soal lupa dan pelupa, beberapa hari ini saya mengalami tingkat sakit lupa yang akut sekali. Memang, dari dulu saya sudah pelupa, kadang teman saya malah bilang saya kena alzeimer saking parahnya ingatan saya. Jadi begini ceritanya.

Kira-kira dua hari lalu saya sedang buru-buru mau mengirimkan paket. Waktu itu saya sedang tak punya amplop, kertas dan lakban, padahal siang itu juga harus mengirim dokumen dalam keping CD yang juga saya belum punya dan hardcopy-nya yang juga belum saya print. Intinya saya harus mengirimkan 2 paket tapi yang mau saya kirim itu semuanya belum siap.

Dari kosan menuju warung saya mengulang-ulang untuk jangan lupa membeli CD beserta wadahnya. Di sebuah tempat print-print-an, saya berhasil ngeprint file hardcopy sekalian beli amplop dan juga lakban. Sekembalinya di kos-an, saya baru sadar, saya lupa membeli keping CD dan wadahnya. Karena saya malas, saya mengacak-acak laci meja saya, siapa tahu menemukan CD kosong. Tapi memang sayang sekali, saya harus kembali ke tempat print-print-an itu untuk beli keping CD dan wadahnya. Sekembalinya di kos-an, lagi-lagi saya kelimpungan mencari lakban yang tadi saya beli. Padahal saya ingat tadi sudah saya masukin ke dalam tas tetapi tidak ada. Karena sudah benar-benar malas untuk kembali ke tempat print-print-an tadi, akhirnya saya pasrah. Dan pergi ke kantor pos untuk mengirip paket itu meski sebelumnya sempat meminta lakban kepada petugas. Kejadian semacam ini baru sekali itu saya alami, dan terjadi sekali lagi hari ini.

Karena tak ada jatah makan siang di kantor temapt saya bekerja selama 2 bulan ini, saya selalu menyempatkan diri untuk membeli roti 2 buah dan juga air mineral. Kebetulan saya mampir di Indomart dekat yang sejalan menuju tempat saya bekerja. Hari itu entah mengapa tiba-tiba saya ingin beli coki-coki. Setelah membayar semuanya, saya berangkat ke kantor. Siangnya, pas jam makan siang, saya bermasuk nyemil coki-coki yang tadi saya beli. Setelah saya cari di kantorng palstik maupun di tas -yah, jaga-jaga kalau-kalau jatuh di dalam tas-, ternyata tak ada. Saya ingat-ingat, sepertinya tadi petugasnya sudah memasukkan ke kantong plastik. Saya cek nota juga sudah terhitung biaya yang harus saya bayar. Tapi tetap saja tidak ada. Saya ingat-ingat lagi kok tapi saya nggak ingat apa tadi memang sudah dimasukkan atau belum.


Penyakit lupa saya ini sepertinya akut sekali. Dan menjadi pelupa itu sulit. Salah satu kerugiannya ya seperti cerita saya di atas. Satu hal yang saya pelajari dari dua kejadian di atas adalah bahwa kita harus mengecek dulu belanjaan sebelum meninggalkan toko. Kalau ada yang ketinggalan, kan nggak malas balik lagi ke toko tersebut. hehe.



[ ]

No comments:

Post a Comment