dan cerpen pilihan lainnya.



Di akhir bulan Januari lalu saya kembali mendapati sebuah iklan oleh page Penerbit Mahda di home FB saya. Berisi penawaran beli buku satu akan dapat gratisan satu buku yang sudah mereka tentukan sebelumnya. Saya lirik, ada satu buku yang menarik perhatian saya dan memang saya targetkan untuk membelinya dalam waktu dekat. Lukisan Neraka karya  Ryunosuke Akutagawa. Lirik lagi, harganya menggiurkan, dalam hal ini termasuk murah karena hampir selirih sepuluh ribu dengan beli di Gramed. Tapi sekarang saya pikir-pikir, kok beli online sama saja dengan beli di Gramed. Ya sudah lah. Tapi kan gratis satu buku lain.

Pada akhirnya saya tak jadi beli Lukisan Neraka dan membeli buku berjudul Botchan karya Natsume Soseki, walau pada akhirnya juga digratisi Lukisan Neraka dari si penerbit itu. Hahahahaha, licik sih karena memang beli Botchan gratis Lukisan Neraka dan kebalikannya. Berhubung Botchan lebih murah, saya pikir, ya sama saja, ongkos kirimnya juga lumayan. Lalu pada akhirnya paket itu sampai juga setelah 3 hari menunggu (kena hari sabtu minggu soalnya).



Yah, tapi disini saya baru akan cerita tentang buku Lukisan Neraka. (Yang Botchan menyusul ya, belum saya tamatin). Awal ketertarikan saya untuk beli buku ini adalah saat melihatnya di Togamas. Saya jarang sih baca novel-novel dari penulis Jepang. Biasanya novel-novel terjemahan barat karena genre-nya. Paling baru baca karya Haruki Murakami saja. Ketertarikan saya semakin timbul ketika lihat judul dan keterangan di belakang novel, ya kebetulan nggak ada yang bukaan jadi saya nggak bisa nebeng baca, hehe. Saya bertekad suatu ketika saya akan beli buku aneh ini.


Buku ini terdiri dari 6 cerpen karya Ryunosuke Akutagawa. Cerita pertamanya adalah Lukisan Neraka. Cerita pendek ini berkisah mengenai seorang pelukis bernama Yoshihide yang memiliki perilaku yang eksentrik tetapi sangat menyebalkan, angkuh dan sombong karena kemampuannya dalam menciptakan karya seni lukisan pada jamannya. Lukisannya selalu menjadi kontroversi, meski begitu sering juga membuat orang tercengang dan berdecak kagum mengakui kehebatannya. Meski demikian, ia memiliki seorang putri kesayangan yang masih muda, yang amat ia cintai.

Pada saat itu, tinggallah seorang pangeran benteng yang terkenal akan kebaikan hatinya sehingga dipanggil sebagai Pangeran Besar. Putrinya ini, bekerja sebagai pembantu pengurus rumah Pangeran Besar dan menjadi salah satu pegawai yang dicintai oleh para penghuni kastil seperti permaisuri, anak pangeran, dan selir istana serta pekerja lainnya. Orang-orang ini malah merasa kasihan karena si putri pelukis harus memiliki ayah yang benar-benar tak normal itu. Yoshihide dipercaya menggunakan kekuatan hitam untuk menyelesaikan semua lukisannya.

Pada suatu kesempatan, Yoshihide ini diminta oleh Pangeran Besar untuk melukiskan penyekat ruangan dengan tema Neraka. Yoshihide ini melakukan segala cara untuk dapat menggambarkan siksa neraka yang ingin ia gambarkan dalam penyekat ruangan permintaan Pangeran Besar. Segala cara yang dilakukan Yoshihide ini sangat absurb, aneh, dan membuat saya yang baca saya membayangkan betapa ngerinya. Yah, sebaiknya kamu baca sendiri karena nanti kalau saya beri tahu malah nggak asyik.

Yang pasti, pada suatu ketika, Yoshihide menghadap kepada Pangeran Besar karena memiliki satu kendala dalam menggambar Lukisan Neraka ini. Kendala itu adalah ia ingin melihat api neraka. Tapi tak mungkin, Yoshihide ini pergi ke neraka dulu baru kemudian kembali dan meneruskan lukisannya. Oleh karena itu, ia meminta kepada Pangeran Besar untuk bersedia membakar sebuah kereta yang berisi seorang pendosa. Ia ingin menyaksikan bagaimana kobaran api melahap kereta berisi seorang berdosa itu untuk digambarnya dan menyelesaikan Lukisan Neraka pada penyekat yang Pangeran Besar inginkan.

Anehnya, Pangeran Besar ini mengabulkan permintaan aneh Yoshihide. Malahan ikut menonton pembakaran kereta berisi pendosa itu. Gila, kan! Ya, saya saja yang hanya membaca dan berkhayal mengenai cerita ini saja ngeri. Ah, apalagi kalau kau baca bagaimana detail yang Akutagawa-san ini deskripsikan. Hiiiii....

Ngomong-ngomong soal cerpennya yang lain, menarik. Kalau selain Lukisan Neraka saya paling suka cerpennya dalam buku itu yang berjudul Jeruk. Kisah tentang seorang biasa yang bertemu dengan anak perempuan di kereta yang kemudian melemparkan jeruk ke luar jendela kepada adik-adiknya yang berdiri di samping rel kereta, menghantarkan si kakak perempuan untuk pergi entah ke mana.

Saya baru baca dua  -tiga jalan- cerita dengan pengarang orang jepang, satu yang dapat saya simpulkan adalah ceritanya itu simpel. Kadang diambil dari kehidupan si pengarang sendiri, atau memang seolah-olah nyata banget. Saking nyata-nya si cerita ini malah kerasa datar. Tapi bukan datar trus membosankan, tapi apa ya, semacam mengalir lancar begitu sampai pada akhirnya tuntas diankhir cerita. Mungkin karena hal ini ya,  ceritanya jadi terasa dekat sekali dengan pembaca.



Yah, begitulah kira-kira yang bisa saya ceritakan. Btw, saya ingat saya tenyata masih punya buku dengan pengarang jepang lain. Judulnya Silence -Hening- karya Shusaku Endo. Entah kapan itu saya beli tapi belum juga saya baca. hehehe



Liburan ini, sudah baca berapa buku?

[ ]

2 comments:

  1. itu botchan cover lama apa gimana sih ya? aku ada botchan tapi yg cover nya beda, padahal udah lama punya nya juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kurang tahu tuh mbak, sama nggak to penerbitnya? Yang punyaku ini penerbit mahda. Soalnya temenku juga punya, tapi beda penerbit beda cover gitu

      Delete