Rasanya sudah lama sekali saya tak posting mengenai kegiatan jalan-jalan. Lalu ketika buka album lama saya nemu foto-foto lama dan memang dulu belum sempat saya ceritakan disini. Kan sekalian saya dokumentasikan ke intenet kalau-kalau foto-nya saya hapus dari laptop saya. Ah, lupakan. Yang pasti kali ini saya mau cerita mengenai pengalaman saya jalan-jalan ke Sangiran.

*

Suatu ketika saat semester lalu, pas awal-awal mengerjakan Studia Tematik 1 saya yang temanya adalah Museum Paleoantropologi dan Biologi, ada rencana untuk melakukan perjalanan ke Sangiran. Saya nggak adakan cerita bagaiama ribetnya ngurusin 8 orang yang mau berangkat ke Sangiran ini, 7 orang mahasiswa dan seorang dosen. Yang pasti, akhirnya setelah berangkat kira-kira pukul 8 pagi itu, kita akhirnya sampai juga di Sangiran kira-kira jam 11-an. Sampai di sana langsung menuju ke bagian administrasi karena memang tujuannya adalah survey museum. Karena membawa nama UGM, akhirnya langsung dipersilahkan dengan baik. Malah, diberi tour guide oleh pegawainya di sana.

Tour itu dimulai dengan melihat film animasi mengenai kompleks Sangiran. Jadi intinya begini. Sangiran adalah salah satu situr purbakala terbesar di Indonesia, selain di Trinil, Ngandong, dll. Sangiran terletak di kabupaten Sragen Jawa Tengah, di kaki Gunung Lawu. Pada tahun 1996 tercatat sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Disebut situs purbakala karena di sana banyak ditemukan fosil-fosil manusia purba dan binatang purba lainnya.

Jadi dulu ketika Bengawan Solo masih mengalir ke selatan karena daratan di Jawa miring ke selatan, manusia purba hidup di wilayah ini. Selama beratus tahun manusia purba dari berbagai spesies tinggal di sini. Mulai dari Meganthropus palaeojavanicus hingga Homo Erectus. Manusia-manusia purba itu dikatakan kemudian punah karena berbagai hal seperti bencana letusan Gunung Lawu, dll. Selama beratus-ratus tahun tertutup oleh tanah yang terus mengendap hingga berbagai lapisan tanah. Lalu ketika terjadi pengangkatan bagian sebelah selatan Jawa karena lempeng benua Australia yang mendesak ke utara, timbullah patahan tanah yang menciptakan perbukitan-perbukitan. Bukit tersebut lalu terkena erosi. Menyebabkan tersingkapnya beberapa lapisan tanah di bukit tersebut. Lalu, fosil-fosil yang terkubur lama tersebut mulai menampakkan diri.

Sebenarnya kegiatan penggalian di situs Sangiran telah berlangsung lama, sejak zaman kolonial. Antropolog luar yang melakukan ekskavasi di situs ini adalah von Koenigswald. Dibantu oleh penduduk setempat, ia berhasil menemukan berbagai fosil manusia purba dari berbagai zaman dan juga hewan-hewan purba, yang kebanyakan adalah vertebrata. Di Museum Purbakala Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar dua juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Yang tertua adalah formasi "kalibeng" formasi ini diperkirakan berumur 3 juta - 1,8 juta tahun yang lalu. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak (hominid) yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat dipamerkan fosil berbagai hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, serta alat-alat batu. (sumber wikipedia.com)

Nah, begitulah sejarah singkat Sangiran. Setelah menonton film berdurasi setengah jam itu, kami diantar keliling-keliling oleh seorang pegawai Sangiran. Hari itu lumayan sepi (atau memang seringnya sepi ?), jadi rasanya lebih leluasan untuk mengamati dan menfoto benda pajangan.







Pada dasarnya koleksi di Sangiran dibagi menjadi 3 bagian. Yaitu adalah Fosil-fosil temuan terbaru, Sejarah Sangiran, dan Kejayaan Manusia Purba. Di awal-awal diorama terdapat fosil-fosil temuan terbaru yang dipajang dengan tata lampu yang bagus. Di diorama kedua diterangkan mengenai sejaran Sangiran mulai dari bagaimana terbentuknya Sangiran, geologi tanah Sangira, ekskavasi Sanggiran dengan menggunakan media yang interaktif dan menarik. Di bagian yang terakhir, ada sebuah diorama yang sangat luas, mungkin seluas panggung atas TBY yang di dalamnya ada diorama sepanjang (mungkin ada kali) 15 meter, di dalamnya terdapat tiruan manusia purba lengkap dengan tiruan habitat asli di masanya dulu. Di diorama ini juga terdapat 2 replika manusia purba yang didatangkan (kalau tidak salah) dari Perancis. Merupakan karya dari seorang arkeolog yang membuat replika Manusia Purba semirip mungkin.















Setelah jalan-jalan itu, kami kembali ke kantor administrasi untuk bertemu dengan pimpinan Museum Sangiran dan melakukan dialog. Diakhir dialog itu kami diperbolehkan untuk masuk ke laboratorium yang dipakai untuk memproses fosil-fosil temuan terbaru dari masyarkat setempat. Setelah itu, dapat pula 3 buku tentang Manusia Purba dan Sangiran. Bukunya keren banget. Sayangnya, buku itu tentu diberikan kepada bapak dosen kami.








Lalu setelahnya kami pulang dan mampir ke Solo dulu. Di Solo mampir ke kawasan nol KMnya Solo untuk liat bangunan BI Solo yang Baru. Katanya yang dibangun adalah hasil dari sayembaran yang dimenangkan oleh Han Awal. Wooow.



 




Dan, berakhir sudahlah perjalanan hari itu. Menyenangkan sekali karena bisa datang ke Sangiran, pakai duit kampus pula! Oke, sampai jumpa lain kesempatan jalan-jalan saya.
[ ]

No comments:

Post a Comment