Sudah tiga bulan lebih dan kali ini tidak ada perpanjangan lagi. Lusa saya harus kembali ke Indonesia, bagaimana pun konsekuensinya.

Saya datang ke kampus hari itu agak sore. Saya harus mampir ke banyak tempat untuk mengembalikan barang-barang, packing, dan bersiap. Malam itu, akan ada farewell party untuk saya yang diadakan teman-teman se-lab dan dihadiri teman-teman yang saya kenal. Suasana Lab lengang setelah deadline thesis masing-masing anak Diploma 4 dan Master 2. Saya meletakan tas sejenak di meja saya yang telah bersih dari segala macam barang-barang. Menoleh ke sekeliling area lab, saya tiba-tiba merasa begitu kesepian dan memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak sebelum waktu farewel party. Memasang coat dan mengenakan topi fedora abu-abu yang saya beli dari Jumble Store, saya pun bergegas untuk keluar gedung, menikmati hangatnya sore musim dingin yang cerah.

Saya menemukan Lisa, teman pertukaran yang berasal dari Belgia yang duduk di deretan bangku sebelah sedang merokok di bawah pohon pinus di dekat parkiran sepeda. Melihat saya, ia pun tersenyum dan melambai. Ketika saya bilang saya ingin jalan-jalan di sekitar kampus untuk yang terakhir kalinya, ia pun setuju untuk menemani saya.

Common tree. Where everyone goes smoking outside and sometimes having lunch.









Lisa menemani saya berkeliling sampai ke bagian gerbang masuk timur sembari mengobrol ini dan itu. Setelahnya kami memutuskan untuk pergi ke kafetaria yang ada di dekat gedung Arsitektur untuk membeli kopi kaleng. Di sana ada sebuah vending machine yang selalu dapat diandalkan di saat-saat seperti ini.


My favorite brutalism architecture building in the campus area. All hail concrete!



Di depan kafetaria saya dan Lisa mengobrol sembari duduk-duduk di tepi taman. Cuaca begitu nyaman untuk ukuran musim dingin di bulan Januari. Tak seberapa lama, Yamatai muncul dari arah kafetaria dengan ekspresi senyumnya yang sangat khas sampai matanya hilang dalam celah monolit matanya. Ia menghampiri saya dan Lisa.


Tak lama, kami pun bergegas kembali ke Lab untuk menunggu teman-teman lainnya dan berangkat menuju tempat makan-makan farewel party saya diadakan.

Lisa, tetangga sebelah.

*

Malamnya, farewell party saya sangat gila. Sayang Suehiro-sensei tidak bisa hadir karena sedang terkena influenza. Ya, influenza di Jepang bisa sangat menular dan parah hingga harus bed rest. Yamatai mengirimi saya banyak sekali foto teman-teman yang berpose untuk saya, termasuk foto boom dari Kuon dan Doi yang bikin saya geleng-geleng kepala kalau ingat.

Many faces

Malamnya, kami lanjut second party untuk karaoke sampai pagi. Kadang saya heran semangat orang-orang Jepang ini untuk pergi pesta. Apalagi bagi teman-teman yang bertahan untuk ikut pesta pertama dan yang kedua hanya untuk menghabiskan waktu bersama saya untuk yang terakhir kalinya. Pulang-pulang masih diajakin untuk makan ramen di depan kuil Hakozaki. Tapi kan kalau ramen itu pasti B2 jadi saya memilih untuk pulang saja bersama teman-teman yang menuju ke kampus untuk mengambil barang-barang. Sanae, Yamatai dan Kuon-san yang melanjutkan untuk pergi makan ramen.


*

Di perjalanan pulang menuju apartemen Sanae, tiba-tiba saya dilingkupi kesedihan dan ketidak relaan untuk pulang ke Tanah Air. Saya mampir ke kombini saat pulang bersama Mori-kun yang perjalanannya searah dengan saya. Di kombini saya berpisah karena ingin mampir jajan. Sayang, Mori-kun mengikuti saya padahal saya niatannya ingin beli bir kaleng dan meminumnya di taman sebelum pulang ke apartemen Sanae. Saya jadi pura-pura pulang ke arah apartemen Sanae agar Mori-kun tidak curiga.

Setelah yakin Mori-kun menghilang dengan sepedanya, saya bergegas menuju taman di dekat apartemen. Di bangku taman itu saya seorang diri makan roti dan minum kopi. Tak ada yang tahu saya sesenggukan menahan sedih kembali ke kehidupan saya.

Waktu itu saya berdoa, agar Tuhan membiarkan saya tinggal di tempat ini.

[ ]





No comments:

Post a Comment