Setelah mendadak masuk angin gegara sepedaan tengah malam di bawah rintik hujan tanpa jaket tebel keringetan dan kena angin, nggak jadi pergi tea ceremony di Kasuga dan menghabiskan weekend dengan tidur di kamar karena kepala puyeng gegara tiap hari gerimis, akhirnya saya yang merindukan matahari bumi nusantara pun keluar dari sarang dan mencari kehangatan! Tapi sayang, hari itu memang diperkirakan dingin. Siang ketika saja jalan keluar itu suhu pun cuma belasan, 14 derajat kalau tidak salah. Tapi cerah sekali siang itu. Sembari bersepeda dingin-dingin kena angin tapi hangat matahari.
Saya pun memutuskan untuk pergi ke Grin-Grin Park karyanya Toyo Ito yang jadi salah satu preseden Pra-TA saya, yang accidentally, sangat dekat dengan asrama saya. Sangat dekat dalam artian saya benar-benar tak menyangka kalau ternyata preseden saya ini berada dalam jarak satu kompleks dari asrama saya.
Hari itu cerah sekali. Di Island City Central Park tempat Grin-Grin Park ini berada, banyak sekali keluarga yang menghabiskan waktu bersama. Ada yang bermain sepeda, ada yang bermain lempar tangkap bola, ada yang lari-larian, ah, sumpah, enah sekali cuaca hari itu untuk bepergian. Dan saya benar-benar menikmati jalan-jalan sendiri. Setelah parkir sepeda lalu duduk sambil makan jajanan yang sebelumnya saya beli. Saya belum makan siang soalnya. Matahari sedang hangat-hangatnya!
Di Island City Central Park terdapat danau buatan ditengah-tengahnya dan dikelilingi rerumputan hijau, taman, pepohonan, serta Grin-Grin Park di sebelah barat. Saya sempatkan untuk males-malesan di dekat danau sambil melihat anak-anak kecil berlarian, angin yang meniup alang-alang, bebek yang beterbangan menuju danau, serta anak-anak kecil di kejauhan yang mencoba untuk bermain lempar batu ke danau.
Tak lama setelah itu, saya putuskan untuk masuk ke Grin-Grin Park. Pas pertama saya sempat nyasar karena tidak tahu darimana saya harus masuk. Muter-muter dan makin sore suhu turun drastis, tangan saya sampai kaku. Akhirnya saya menemukan juga pintu masuk ke dalam Grin-Grin Park. Sambil gemetaran saya menyerahkan koin 100 yen untuk tiket masuk. Ini benar-benar murah karena saya pikir 1000 yen untuk masuk.
Setelah masuk, suhu menghangat dan lembab, yah, macam jalan-jalan di kebun samping rumah. Berbagai tumbuhan tropis terdisplay di sini. Suhu dan kelembabannya sungguh sangat dijaga bila dibanding dengan keadaan di luar bangunan.
Saya pun berkesempatan untuk naik ke dek di atas bangunan karena dari tadi sebelum masuk ke Grin-Grin Park saya penasaran itu orang bagaimana caranya bisa naik-naik deh. Dan saya cuma sendirian saja di atas Grin-Grin Park. Mungkin saya pengunjung terakhir di hari itu. Matahari sedang bagus-bagusnya. Saya pun kalap untuk foto banyak sekali, karena cuaca yang cerah tanpa awan dan matahari yang hangat-hangatnya, serta detik-detik menjelang golden moment. Saya sempat lupa saya belum masuk satu bangunan lagi.
Sambil lari-lari, saya akhirnya berhasil masuk ke bangunan satu lagi. Isinya, tentu saja masih sama, tanaman-tanaman tropis yang jarang ditemukan di Jepang. Di depan pintu keluar, saya bertemu dengan petugas yang menyisir area Grin-Grin Park karena sudah waktunya untuk tutup. Saya pun berterimakasih dan buru-buru keluar.
Setelahnya, saya pergi ke beberapa toko untuk beli alat tulis dan keperluan sehari-hari. Di toko terakhir, saya tinggal saja itu barang belanjaan yang juga ada jajanan yang tidak habis saya makan saat saya bermalas-malasan di Grin-Grin Park. Belanjaan itu dalam plastik dan saya taruh begitu saja di keranjang depan sepeda bersama dengan botol minum karena pasti ribet kalau di bawa ke dalam toko yang terakhir saya kunjungi. Mungkin saya terlalu lama di dalam toko tersebut, mungkin juga saya terlalu teledor, mungkin juga saya terlalu santai, saat keluar, kresek putih belanjaan saya itu raib. Benar-benar hilang! Saya cuman bisa bengong dan bingung. Saya linglung. Ini dua kali saya kecolongan karena keteledoran saya yang mikir 'Siapa sih yang mau ngambil kresek isi barang nggak jelas?' Tapi yang lebih mengejutkan itu, kecolongan yang kedua ini di Jepang, Jepang cui! Kalau di area Pogung, Yogyakarta, Indonesia sih, wajar ya, meski tas saya yang dicolong dulu isinya adalah kertas-kertas gambar A3 (hahahaha). Tapi yang ini, kresek belanjaan saya yang isinya mungkin ada kali 1000 yen, 100.000 indonesia loh!, raib tak meninggalkan bekas. Dan saya pun pulang dengan gontai. Hm, mungkin Allah memperingatkan saya untuk tidak malas-malasan, jajan terlalu banyak, tidak produktif padahal diberi waktu berlebih, dan juga agar tidak teledor meskipun itu di Jepang sekali pun.
Pulang, saya tepar karena suhu yang dingin.
[ ]
Saya pun memutuskan untuk pergi ke Grin-Grin Park karyanya Toyo Ito yang jadi salah satu preseden Pra-TA saya, yang accidentally, sangat dekat dengan asrama saya. Sangat dekat dalam artian saya benar-benar tak menyangka kalau ternyata preseden saya ini berada dalam jarak satu kompleks dari asrama saya.
Hari itu cerah sekali. Di Island City Central Park tempat Grin-Grin Park ini berada, banyak sekali keluarga yang menghabiskan waktu bersama. Ada yang bermain sepeda, ada yang bermain lempar tangkap bola, ada yang lari-larian, ah, sumpah, enah sekali cuaca hari itu untuk bepergian. Dan saya benar-benar menikmati jalan-jalan sendiri. Setelah parkir sepeda lalu duduk sambil makan jajanan yang sebelumnya saya beli. Saya belum makan siang soalnya. Matahari sedang hangat-hangatnya!
Tak lama setelah itu, saya putuskan untuk masuk ke Grin-Grin Park. Pas pertama saya sempat nyasar karena tidak tahu darimana saya harus masuk. Muter-muter dan makin sore suhu turun drastis, tangan saya sampai kaku. Akhirnya saya menemukan juga pintu masuk ke dalam Grin-Grin Park. Sambil gemetaran saya menyerahkan koin 100 yen untuk tiket masuk. Ini benar-benar murah karena saya pikir 1000 yen untuk masuk.
Setelah masuk, suhu menghangat dan lembab, yah, macam jalan-jalan di kebun samping rumah. Berbagai tumbuhan tropis terdisplay di sini. Suhu dan kelembabannya sungguh sangat dijaga bila dibanding dengan keadaan di luar bangunan.
Saya pun berkesempatan untuk naik ke dek di atas bangunan karena dari tadi sebelum masuk ke Grin-Grin Park saya penasaran itu orang bagaimana caranya bisa naik-naik deh. Dan saya cuma sendirian saja di atas Grin-Grin Park. Mungkin saya pengunjung terakhir di hari itu. Matahari sedang bagus-bagusnya. Saya pun kalap untuk foto banyak sekali, karena cuaca yang cerah tanpa awan dan matahari yang hangat-hangatnya, serta detik-detik menjelang golden moment. Saya sempat lupa saya belum masuk satu bangunan lagi.
Sambil lari-lari, saya akhirnya berhasil masuk ke bangunan satu lagi. Isinya, tentu saja masih sama, tanaman-tanaman tropis yang jarang ditemukan di Jepang. Di depan pintu keluar, saya bertemu dengan petugas yang menyisir area Grin-Grin Park karena sudah waktunya untuk tutup. Saya pun berterimakasih dan buru-buru keluar.
Setelahnya, saya pergi ke beberapa toko untuk beli alat tulis dan keperluan sehari-hari. Di toko terakhir, saya tinggal saja itu barang belanjaan yang juga ada jajanan yang tidak habis saya makan saat saya bermalas-malasan di Grin-Grin Park. Belanjaan itu dalam plastik dan saya taruh begitu saja di keranjang depan sepeda bersama dengan botol minum karena pasti ribet kalau di bawa ke dalam toko yang terakhir saya kunjungi. Mungkin saya terlalu lama di dalam toko tersebut, mungkin juga saya terlalu teledor, mungkin juga saya terlalu santai, saat keluar, kresek putih belanjaan saya itu raib. Benar-benar hilang! Saya cuman bisa bengong dan bingung. Saya linglung. Ini dua kali saya kecolongan karena keteledoran saya yang mikir 'Siapa sih yang mau ngambil kresek isi barang nggak jelas?' Tapi yang lebih mengejutkan itu, kecolongan yang kedua ini di Jepang, Jepang cui! Kalau di area Pogung, Yogyakarta, Indonesia sih, wajar ya, meski tas saya yang dicolong dulu isinya adalah kertas-kertas gambar A3 (hahahaha). Tapi yang ini, kresek belanjaan saya yang isinya mungkin ada kali 1000 yen, 100.000 indonesia loh!, raib tak meninggalkan bekas. Dan saya pun pulang dengan gontai. Hm, mungkin Allah memperingatkan saya untuk tidak malas-malasan, jajan terlalu banyak, tidak produktif padahal diberi waktu berlebih, dan juga agar tidak teledor meskipun itu di Jepang sekali pun.
Pulang, saya tepar karena suhu yang dingin.
[ ]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment