Entah rencana perjalanan ini sudah terlewati berapa bulan lamanya tak tersentuh sama sekali, tapi akhirnya tanggal 17.18.05.14 kemarin, terwujud juga.



*

Setelah semua orang yang memungkinkan diajak, yang kemudian memutuskan untuk nggak ikut karena seperti biasa, orang di dunia ini memang lamisnya tiada tara, setelah berdebat bagaimana cara sampai ke tempat ini, akhirnya dari sekian banyak orang yang diajak itu, hanya saya dan tiga orang teman saya yang jadi berangkat. Yah gimana lagi, pada manja minta nyewa mobil padahal tau sendiri mau backpakeran.

*

Jadi, pagi itu, tanggal 17, jam 9 sudah berkumpul di tempat teman saya. Partner saya backpackeran ini adalah Mega, Star, dan Desta. Mereka bertiga punya riwayat naik gunung yang lebih banyak dari saya. Jadi ya, aman lah bareng mereka (dalam artian banyak hal). Meski sudah kumpul dari pagi, teman saya Desta yang bakalan jadi seksi logistik dan keamanan, malah belum packing. Akhirnya, baru deh pukul sebelas itu kami berangkat ke terminal Jombor, karena pada akhirnya kami memutuskan untuk naik bus.

Kalau searching di internet, rute Jogja-Dieng itu nggak ada. Yang ada Jogja-Magelang-Wonosobo-Dieng. Jadi paling nggak harus 3 kali ganti kendaraan. Dari Jombor, kami langsung naik bus jurusan Magelang. Busnya yang ekonomi saja. Kalau yang AC lebih mahal. Di Magelang, turun di Terminal Tidar. Perjalanan lambat banget lah, biasa, bis ngetem sana sini. Sampai di Terminal Tidar, tas teman saya Desta langsung disambar dan dibawa ke bis yang katanya jurusan Wonosobo.  Agak deg-degan juga ketika naik bus itu, takut nyasar. Tapi untungnya sampai kok.

Di terminal Wonosobo akhirnya berhenti dulu buat makan karena laper banget. Ada soto yang enak, semacam soto betawi karena pakai santan tapi lebih manis. Harganya cuman 6000 saja. Setelah makan langsung mencari angkot menuju pasar Wonosobo, lalu ambil bis jurusan Dieng. Untungnya bapak angkot itu baik hati dan kami diturunkan di tempat langsung dapet bis jurusan Dieng. Ketika naik bus itu hujan mulai turun. Kami cuman bisa saling pandang sambil nyengir karena melihat hujan yang semakin lama semakin deres. Dan deresnya itu pake banget, sampai jalann itu tak kelihatan dari balik jendela dan kabut mulai turun. Harapan untuk dapat sunset pun kandas.

Kami turun di basecamp Pathak Banteng. Pas sampai berteduh dulu karena hujan masih gerimis. Eh, si Desta di sapa sama kenalannya yang ternyata adalah adik kelas saya SMA. Makhlum, dulu waktu SMA saya kuper banget. Kami akhirnya ikut anak itu ke masjid di samping basecamp dan ternyata di sana ada adik-adik kelas saya yang lain. Dari lima orang saya cuman tahu satu, karena dia tetangga teman saya. Ngobrol sana sini akhirnay kami memutuskan untuk naik bareng setelah terang.

Hari semakin sore saja. Hujan berhenti dan kami berkemas untuk naik. Setelah bayar pendaftaran administrasi di basecamp, kami langsung berangkat. Dan memang barengannya banyak banget. Meski nggak sampai macet juga sih. Baru jalan beberapa meter saya sudah kehabisan npas. Makhlum, jarang olahraga dan memang bawaan kalau naik gunung saya selalu seperti itu. Apa ya, mungkin paru-paru saya sempit. Akhirnya habis melewati ladang dan masuk track naik, saya yang di depan. Karena saya lambat dan nanti ketinggalan yang lain.

Jalanan becek parah, licin lagi. Kami gagal dapat sunset karena mulai naik mungkin 15 menit sebelum adzan magrib.Ya sudah. Headlamp dan senter mulai dinyalakan. Anak-anak rombongan adik kelasku - oke, sebut saja mereka rombongan boyband karena cowok semua - perlengkapannya nggak memadahi, yang bawa senter cuman 2 orang. Ya sudah, jadi kami selang seling dan saling membantu untuk memberikan pencahayaan terhadap satu sama lain. Jalan naik susah banget. Beberapa kali orang di belakang saya jatuh terpeleset. Dan saya melejit naik meninggalkan mereka bersama seorang anak SMP yang tertinggal di belakang karena nggak kuat hawa dingin, meski sesekali berhenti karena rombongan belakang jauh banget.

Dan akhirnya, setelah mendaki selama 2 jam, akhirnya kami sampai di puncak gunung prau, sabana yang menghampar indah sekali di kala golden hour di pagi hari. Malam itu, setelah sampai langsung buru-buru bikin tenda yang berhadap-hadapan dengan rombongan adik-adik kelas saya itu, lalu bikin kopi hangat lalu mie. Setelah makan, saya mengajak teman saya untuk mencoba memfoto bintang. Rombongan boyband itu akhirnya ikut saya seperti anak kecil menuju bagian terbuka yang menghadap ke daratan di bawah Prau, menghadap langsung ke Sindoro Sumbing.

Ah, sumpah. Dingin banget. Saya menggigil kedinginan meski sudah pakai baju flanel tebal dan sarung tangan. Sayangnya, malam itu purnma -2 hari, jadi ya, tak bisa melihat bintang. Ya sudah, akhirnay cuma foto-foto nggak jelas saja dengan background Sindoro Sumbing di bawah temaram cahaya bulan dan awan mendung. Sampai pukul 11 malam kami asyik foto-foto bergantian, untung saya bawa tripod, jadi fotonya lumayan lah. Rombongan boyband itu pamit untuk balik ke tenda karena ngantuk. Setelah mereka pergi, kami malah foto bulb yang kece, meski kami sudah gemeteran karena dingin dan angin yang kenceng sekali.


(dari kiri : Star, Desta, Mega)

Puas berfoto-foto, akhirnya kami balik ke tenda. Pas cari tempat untuk buang air kecil di puncak bukit yang lain bersama teman saya Mega, saya menemukan tempat yang bagus, di bawah terhampar dataran yang penuh kerlap kerlip dan sebercak telaga. Karena saya nggak bawa kamera, akhirnya saya balik lagi ke tenda untuk ambil kamera dan diganti ditemani Desta karena Mega yang sudah mengantuk. Star sudah mapan tidur duluan.
(pemandangan di sisi bukit yang lain, di bawah sana ada basecamp tempat kami start naik)

Tidur digunung selalu tak nyaman bagi saya. Apalagi suhunya dingin banget lah. Berkali-kali terbangun dan tertidur lagi. Belum lagi teman saya Desta yang tak bawa sleeping bag dan selalu bergerak-gerak karena tak bisa tidur. Akhirnya ketika pukul 4 itu alarm saya berbunyi dengan aras-arasen saya bangun juga, membangunkan Mega dan Star yang katanya mau sunrise-an. Desta bertahan tidur dengan tumpukan sleeping bag kami di atas tubuhnya.

Rombongan boyband di tenda sebelah juga ternyata sudah bangun. Meski menggigil kami berjalan juga untuk mencari tempat untuk menunggu sunrise. Mega dan Star bertahan untuk membuatkan kami minuman hangat. Dan saat itu terliahtlah betapa ramainya gunung Prau oleh banyak orang yang menunggu sunrise. Saya lagi-lagi jadi juru foto bagi semua orang. Hahahaha. Ah, tapi sayang, kami tak dapat sunrise yang bagus. Soalnya ada awan rendah di sisi timur yang jauh, jadi ya, pas-pasan saja sunrise-nya. Semakin terang semakin jelas lah penampakan Sindoro Sumbing. Jauh di timur terdapat Merapi Merbabu, dan yang paling jauh adalah Lawu. Sumpah keren banget!!!

Sekitar pukul 6, Mega dan Star bergabung bersama kami membawakan minuman hangat. Desta masih tidur di tenda. Matahari semakin naik dan semua daratan tersapu cahaya kuning yang keren banget. Foto-foto semakin menggila. Entah berapa ratus jepretan yang telah saya habiskan untuk foto pagi itu. Lalu kami pun memutuskan untuk mencari tempat foto-foto yang lebih sepi, yang lebih tinggi. Kami berjalan agak jauh ke arah timur dan menemukan bukit yang sepi. Di sepanjang hamparan rumput itu, terdapatlah bunga-bunga putih ungu kecil-kecil. Keren banget! Tempat ini begitu fotogenik, hingga dari sudut manapun akan menghasilkan foto yang keren sekali. Belum lagi Sindoro Sumbing yang terlihat wow banget. Ah, speechles saya dibuatnya. Saya mau deh kesana lagi, hehehehehe. Si Desta akhirnya mau juga ikut foto setelah saya hampiri ke tenda.

(dari kanan, Sindoro-Sumbing, Merbabu, Merapi)



(rombongan boyband. dari kiri : Galang, Ridik, Yudha, Beni, Toni)
We are lucky enough to meet them.


(Dihamparan bukit teletubis itu ada banyak bunga berwarna putih dan merah muda
(matahari semakin tinggi)

(katanya mereka mau bikin foto cover album mereka, :p)
(saya dapat bunga dari toni. :v :3 )
(perjalanan ini tak akan terjadi tanpa mereka bertiga.
Thanks a lot, guys! ; ))  )
Rombongan Ekamas 46, 47, 48



(super banget. Saya mau kesini lagi)








Setelah puas foto-foto akhirnya balik ke tenda untuk packing dan masak sarapan. Sarapannya cukup mewah lho untuk ukuran naik gunung. Ada nasi, ada sayur orak arik, ada mie. Yah, memang nggak sekece pas naik ke Merbabu terakhir kemarin. Tapi cukuplah. Dan itu juga dimakan bareng-bareng jadi tambah nikmat.


(Star lagi motongin sayur)
(Desta sedang nungguin nasi tanak)
(Mega - nggak tahu dia lagi ngapain)
(Yudha, duh, dia tu dandanannya paling kece coba.
Skinny jeans, boots kulit, dan Jaket bulu. Gilak!)
(Ridik)
(Beni)
(Toni, btw, dia ini pemain bola lho.
Pemain utama dari PSIM - Persatuan Sepak Bola Indonesia Mataram- Jogja!)

Turun menuju basecamp kira-kira satu setengah jam lebih. Yang cowok-cowok sudah duluan aja. Sampai di bawah, kami istirahat sejenak dan beli carica. Berapa ya kemarin, tiga puluh ribu dapat sekerdus isi 12, tapi cup kecil. Setelah itu, kami langsung naik bis. Yah, perjalanan pulang tak begitu berkesan karena saya tidur terus. Sampai di Jogja sudah sore. Begitulah.

*

Rincian biaya
Bis Jogja  (terminal Jombor) -Magelang (terminal Tidar) : 10.000
Bis Magelang (terminal Tidar) -Wonosobo (terminal Wonosobo) : 20.000
Angkot (terminal Wonosobo) - Pasar : 2.500
Pasar - basecamp Prau (Pathak Banteng) : 10.000
Daftar di basecamp : 4.000
basecamp Prau (Pathak Banteng) - Pasar : 10.000
Pasar - Angkot (terminal Wonosobo) : 2.500
Wonosobo (terminal Wonosobo) - Bis Magelang (terminal Tidar) : 20.000
Magelang (terminal Tidar) - Bis Jogja  (terminal Jombor) : 10.000
Total : 89.000 (   mahal ya ternyata :(   )

*

Sampai jumpa di jalan-jalan lain.

(Prau, 180 derajat)

[ ]

7 comments:

  1. pengeeeennn ke PRAU BANGET T____________T

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehehe, iya mabk, kesana aja, pas bulan baru tapi biar sekalian bisa stargazingan, hehe
      keren deh pokoknya, aku aja pengen kesana lagi suatu ketika

      Delete
  2. Waaa keren banget ceritanya, fotonya, infonya... haha :D
    pengen banget ke sana, keren.
    salam kenal mbak :))

    ReplyDelete
  3. Baru baca nih. Abis kita kesana itu, temen-temenku banyak yang kesana hlo.. Kepengen mungkin liat foto-fotoku.. hehehe

    ReplyDelete