Jadi, tiga hari sebelum kepulangan saya ke Jogja, tiba-tiba saya diajak ke Selasar Sunaryo bersama orang-orang kantor. Niatnya mau refreshing karena memang juga kantor lagi sepi kerjaan. Dan dalam hati saya senang sekali karena pada akhirnya saya berkesempatan juga untuk ke Selasar Sunaryo yang didesain oleh Baskoro Tedjo. Tapi kali ini saya tak akan membahas arsitektural galeri seni itu, tapi saya mau bercerita tentang pameran yang sedang berlangsung di sana.

Jadi, dari teman kantor saya, saya tahu kalau di sana sedang ada pameran tunggal orang jepang bernama Takashi Kuribayashi. Sebenarnya cuma sampai Agustus. Tapi karena memang keren jadi diperpanjang sampai pertengahan September. Pas sampai di sana hampir tutup, jadi saya cuma melihat-lihat sebentar saja trus langsung deh jalan sama orang-orang kantor.

Tapi saya ingin sekali cerita betapa keren-nya pameran itu. Jadi saya sedikit kepo di page-nya Selasar Sunaryo Art Space dan dapat foto-foto pameran yang ada di sana. Oh iya, saya juga sertakan pamflet yang saya dapat di sana ya.






Oh iya, pamflet bisa di download di link ini.

Cerita dikit ya.
Pas awal masuk ke kawasan pameran, ada satu galeri kaya kotak kaca seruangan besar yang isinya daun-daun yang disusun ala parametrik desain dan di gantung dengan tali pancing. Keren banget menurut saya karena bikinnya manual.

(sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153016084015562&set=a.10153016081165562.1073741847.188962110561&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-prn2%2F264885_10153016084015562_1954496064_n.jpg&size=960%2C641)
(sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153016084710562&set=a.10153016081165562.1073741847.188962110561&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash4%2F1069997_10153016084710562_773137082_n.jpg&size=641%2C960)
(sumber https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153048827005562&set=a.10153048818410562.1073741848.188962110561&type=1&relevant_count=1)
(sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153048826580562&set=a.10153048818410562.1073741848.188962110561&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash3%2F523366_10153048826580562_853175457_n.jpg&size=960%2C640)


Lalu jalan menuju pameran utama dan di ruang pertama kaget karena ruangannya cuma kecil dan isinya kaya prolog materi pameran. Di dinding itu ada jendela kecil buat ngintip ke dalam. Saya pikir apa ada pintu rahasia, oh, tapi ternyata memang harus muter dan masuk lewat pintu lain.

(sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153048820380562&set=a.10153048818410562.1073741848.188962110561&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash4%2F1004661_10153048820380562_1014697300_n.jpg&size=960%2C640)
 
Masuk ke ruang pameran utama, terkagum-kagum sama karyanya Takashi-san ini. Apa ya, saya kurang bisa menggambarkannya. Tapi semacam berisi kritik sosial gitu. Dan tekniknya keren walau sederhana banget. Detail yang paling keren adalah ketika tahu kalau cat hitam yang dipakai gambar dicampur sedikit tanah dan semacam kecambah kecil-kecil. Kan lama-lama kecambah itu tumbuh lalu mati dan berjamur, jadi efeknya pas saya liat waktu itu keren banget. Dan saya suka sekali detail kecil semacam itu. Unik.

(dokumentasi penulis)
(dokumentasi penulis)

Di tengah-tengah galeri ada dinding dengan jendela kecil-kecil lagi, pas mengintip, kita seolah jadi burung dalam sangkar yang melihat ke alam. Di sana kita bisa lihat pohon-pohon dan tumbuhan. Seolah kita jadi burung yang terbelenggu kebebasannya.

(sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153048821490562&set=a.10153048818410562.1073741848.188962110561&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash3%2F529069_10153048821490562_666543008_n.jpg&size=960%2C640)
(sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153048825520562&set=a.10153048818410562.1073741848.188962110561&type=1&relevant_count=1)

Di sisi lain, ada pohon pisang yang di tanah dalam tetrapod pemecah ombak. Lalu ada instalasi dimana kita melihat ke sebuah jendela kecil dan di sana kita bisa melihat puluhan wajah kita melihat balik ke arah kita. Jadi dalam ruang gelap itu dipasang puluhan cermin dengan berbagai ukuran uang dipinjam Takahashi-san dari penduduk setempat. Efeknya keren. Kalau saya menangkap pesannya, adalah semacam kita melihat diri kita sendiri dalam pandangan orang lain. Ukuran dan bentuknya berbeda sehingga menimbulkan efek pencerminan yang berbeda pula. Semacam itu dengan pandangan orang.

Dan puncaknya adalah sebuah diorama yang keren banget. Di ruangan yang cukup besar itu, saya hanya bisa melihat saja dari sebuah jendela. Ruangan itu tergenangi air dengan tetrapod pemecah ombak di tengahnya. Ruangan tanpa pencahayaan itu diisi dengan tampilan video tentang laut dan ombak dan deburannya yang memantul di permukaan air yang keruh banget. Efeknya keren. Menurut saya cenderung mistis sedih dan tragis. Setelah saya baca di pamflet oh, ternyata memang bercerita tentang tsunami. Dan kerusakan rumah-rumah penduduk yang disebabkan karena tetrapod yang terseret oleh ombak.

Keren lah pokoknya. Sayangnya saya nggak sempat masuk ke daun-daun yang di sulam keren banget itu.
foto-foto pra dan pas pameran bisa dibuka di link ini atau link ini.



No comments:

Post a Comment