"Berpuluh-puluh tahun lamanya, bahkan sejak kali pertama bertemu, aku telah memilihmu dalam setiap doaku. Sesuatu yang tak pernah kauketahui bahkan hingga hari ini. Dan bila kau suruh aku pergi begitu saja, di usiaku yang lebih dari empat puluh ini, aku mungkin telah terlambat untuk mencari penggantimu."
Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya oleh Dewi Kharisma Michellia - cover belakang



Di hari yang naas itu ketika baru seminggu saya mulai KP di Bandung, yang tentunya tak akan saya ceritakan di sini, saya pergi ke Rumah Buku dengan perasaan malas keluar dari kos yang hari itu udaranya dingin banget. Setelah perjalanan naik angkot selama 15 menit akhirnya saya sampai juga. Saat itu tiada niatan dalam diri saya untuk membeli novel karena memang berniat hanya lihat-lihat komik baru dan siapa tahu tertarik untuk beli. Lalu tiba-tiba saya ingat novel ini dan mencarinya di deretan novel Indonesia. Dan akhirnya saya menemukannya.

Saya mengenal novel ini dari teman sekampus saya. Kebetulan, dia adalah orang yang menjajakan jasanya di bidang desain dan dia juga yang mendesainkan cover novel ini. Karena rasa penasaran ini, saya ingin tahu seperti apa desain covernya. Saya langsung mengenali novel ini tanpa melihat judulnya karena teringat desain cover yang dulu sempat saya lihat ia kerjakan. Dan tak memungkiri juga, saya tertarik pula dengan judulnya, yang seperti namanya, sangat panjang dan susah saya ingat dengan ingatan saya yang payah ini.


So, novel ini, yang biasa disingkat jadi Surat Panjang, adalah karya Dewi Kharisma Michellia, mahasiswi UGM yang entah dari jurusan apa, pemenang unggulan lomba menulis novel yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta 2012 lalu. Sekilas dari judulnya, dulu saya menebak bahwa novelnya pasti bercerita tentang kisah sedih cinta bertepuk sebelah tangan yang dialami oleh si tokoh utama pada seorang laki-laki pada masa lalunya, dan sekuat apa ia berusaha melupakan laki-laki itu, si tokoh utama tak berhasil melakukannya. Tapi, saya pikir, kok cerita secethek itu bisa menang? Berarti ada hal lain yang tidak hanya sekedar cerita cethek hingga membuatnya menjadi cerita unggulan dan diterbitkan.

Kisah novel ini dibuka oleh sebuah surat dari seseorang yang tak dikenal, yang mengirimkan buntalan surat yang tak ia kenal kepada seorang laki-laki, laki-laki yang dicintai si tokoh utama. Dan memang, seperti judulnya, novel ini berisi kisah-kisah yang ditulis si tokoh utama ala nulis surat.

Tokoh utama, aku, adalah seorang wanita karir, yang bekerja pada sebuah harian surat kabar. Kedudukannya mapan, memiliki banyak rekan, memiliki hobi membaca dengan kenalan seorang gay pemilik toko buku bekas. Sifatnya tertutup dan terkesan sini terhadap dunia, yang akhir-akhir ini saya sadari, bahwa untuk wanita berusia 40 tahun yang masih lajang, kesinisan terhadap dunia ini memang nyata adanya, saya kena; 2 orang wanita 40an yang masih melajang dan sinis terhadap dunia. Hidup si tokoh utama sangat membosankan, semembosankannya novel ini, karena saya sungguh membutuhkan waktu 3 minggu untuk menyelesaikan novel ringan setipis ini!

Pada bab pertama, konflik langsung dihadapkan dengan si tokoh utama, laki-laki dari masa lalunya, yang masih ia nanti setiap hari, yang membuatnya memutuskan untuk melajangkan diri, mengiriminya undangan pernikahan dan memintanya untuk datang. Konflik lama-lama menyurut diselingi oleh berbagai cerita tentang kehidupan yang dialami si tokoh utama, mulai dari kedekatannya dengan pemilik toko buku bekas yang ternayta gay, kehidupan karirnya, kehidupan keluarganya yang tak harmonis, hingga sampai di hari pernikahan laki-laki yang dicintainya, yang sangat cuek terhadapnya di hari pernikahan.

Sebenarnya saya sedikit kecewa dengan novel ini, karena latar cerita bagaimana kisah masa lalu si tokoh utama dan laki-laki yang dia cintai malah tidak diceritakan dengan jelas, hanya secuplik episode ketika si tokoh utama mengenalnya ketika kecil. Dan menurut saya, itu tak cukup menjelaskan bagaimana bisa, dan jika benar, mereka berdua saling mencintai tetapi memilih untuk berpisah menjalani kehidupan masing-masing. Mana, di bab-bab selanjutnya malah diceritakan tentang karirnya di masa lengsernya Soeharto, kisah-kisah keluarganya yang tidak harmonis karena perbedaan agama dan suku, pertemuannya dengan seorang seniman yan membuatnya nyaman hingga ia mau mencoba untuk menjalani sebuah hubungan, sampai di klimaksnya, ia divonis sakit yang membuatnya tak akan berusia lama. Klasik banget kalau boleh saya bilang, mengakhiri cerita dengan membunuh si tokoh utama menurut saya kurang bertanggung jawab.

Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan cerita ini sedikit mirip dengan film perancis berjudul A La Folie Pas Du Tout. Cerita yang diawali dari sisi si perempuan yang jatuh cinta dan dikisahkan seolah laki-laki yang diacintai sangat mencintainya meski telah memiliki istri, padahal, sebenrnya si perempuan itu saja yang menganggapnya demikian. Dan untuk novel Surat Panjang ini, saya pikir, jangan-jangan memang mirip. Karena, sampai akhir pun, bagaimana si laki-laki yang tokoh utama cintai juga tak muncul. Ya, saya seolah sedang membaca cerita bohong orang yang memiliki gangguan mental!

Apa memang demikian yang ingin penulis gambarkan kepada pembaca? Saya kurang tahu. Tetapi, untuk menemani liburan, membaca novel ini cukup menghibur, meski ada beberapa bagian yang saya lompati.

No comments:

Post a Comment