Di luar jendela malam itu,
jelaga menari-nari bersama bayang pepohonan
lampu-lampu berkelebat sesaat terlihat pucat temaram
jelaga menari-nari bersama bayang pepohonan
lampu-lampu berkelebat sesaat terlihat pucat temaram
Dua orang itu duduk di kursi depan
membicarakan sembako ibarat radio mobil yang diputar sembarangan
aku bergerak-gerak resah di kursi belakang
di kepalaku kalimat mereka seperti sebuah frasa yang diulang-ulang
membicarakan sembako ibarat radio mobil yang diputar sembarangan
aku bergerak-gerak resah di kursi belakang
di kepalaku kalimat mereka seperti sebuah frasa yang diulang-ulang
Malam itu kutemukan aku tak dimana-mana
mengapa ikatan darah terasa begitu kental namun hambar
jarak antara daging dan kulit bagaikan dua orang yang tak saling kenal
mengapa ikatan darah terasa begitu kental namun hambar
jarak antara daging dan kulit bagaikan dua orang yang tak saling kenal
Ada perasaan asing yang melingkupiku tiba-tiba
dua orang di kursi depan itu seperti orang yang familiar
tapi aku tak mengenal mereka, tak pernah mengenal mereka
dalam mataku aku seperti sedang menonton sebuah opera
dua orang di kursi depan itu seperti orang yang familiar
tapi aku tak mengenal mereka, tak pernah mengenal mereka
dalam mataku aku seperti sedang menonton sebuah opera
mobil itu terus melaju diantara bayang-bayang yang bergelinjang
dua orang itu terus mengobrol ini dan itu aku tak tahu
di perempatan kedua, akhirnya aku pun minta diturunkan
[ ]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment